Black Exchange Market

Bagaimana reaksi perusahaan tambang terhadap banjir?

Bagaimana reaksi perusahaan tambang terhadap banjir?

Menurut media lokal Haliyora yang berbasis di Ternate, Maluku Utara, penyebab banjir diduga karena tanggul PT IWIP yang jebol di Kilo 15.

TribunTernate.com juga melaporkan hal yang sama.

Manajemen PT IWIP menolak pemberitaan tersebut ketika BBC News Indonesia menghubungi mereka.

Melalui surat elektronik, manajemen PT IWIP menyatakan bahwa mereka “akan melakukan seluruh kegiatan operasional sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia” terkait tudingan bahwa bencana banjir disebabkan oleh aktivitas tambang nikel.

Manajemen PT IWIP menyatakan dalam email yang dikirim ke BBC News Indonesia pada Kamis (25/07), “Perlu kami tegaskan bahwa tidak ada upaya dari kami untuk melakukan pemalangan sungai manapun.”

Dalam pernyataan resmi, manajemen PT IWIP menyatakan bahwa “hujan deras yang telah berlangsung selama beberapa hari ini” adalah penyebab bencana banjir.

Manajemen PT IWIP kunjungi menyatakan, “Besarnya volume air hujan telah menyebabkan banyak desa di dekat kawasan industri kami terendam banjir. Sebagai komitmen kami terhadap masyarakat, kami telah mengerahkan tim tanggap darurat untuk membantu menangani bencana banjir yang terjadi.”

PT Tekindo Energi menyatakan bahwa lokasi penambangan PT Tekindo Energi berjarak sekitar 30 kilometer dari lokasi banjir saat ini di Halmahera Tengah.

Dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada BBC News Indonesia pada hari Kamis, Direksi PT Tekindo Energi menyatakan, “PT Tekindo Energi selalu tunduk dan patuh kepada peraturan pemerintah, baik dari sisi perizinan, regulasi penambangan maupun regulasi lingkungan hidup.”

Direksi PT Tekindo Energi mengatakan bahwa dari inspeksi tersebut, PT Tekindo Energi selalu menerima penilaian yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, seperti adanya pondasi sedimend di area tambang dan operasi reklamasi (pasca penambangan).

Sebagai bagian dari komitmennya terhadap aspek sosial dan lingkungan, Tekindo Energi berpartisipasi aktif dalam kegiatan Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di delapan desa lingkar tambang.

PT Tekindo Energi menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan para stakeholder dan pemerintah untuk mengambil tindakan mitigasi untuk mencegah bencana serupa terjadi di masa depan.

Berkaitan dengan bencana tanah longsor yang terjadi pada awal Juli di area pertambangan emas ilegal di Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengatakan pihaknya belum dapat menentukan apakah banjir disebabkan oleh aktivitas pertambangan nikel di daerah tersebut.

“Berbeda dengan kasus longsor Bone Bolango, misalnya, itu clear [jelas] dilaporkan kepada BPBD karena ada aktivitas pertambangan liar […] Untuk [yang] Weda ini, kita masih belum memiliki laporan lengkap atau data lengkap terkait ekses dari aktivitas pertambangan. Pun dari BPBD tidak melaporkan demikian ke kita,” kata Abdul.

Rais Musa, kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Halmahera Tengah, mengakui bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir kali ini lebih parah daripada banjir sebelumnya.

Sering terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tetapi dampaknya tidak seperti saat ini.

Write a Comment

Register

Have an account?